SOSIOPAT..
nampak seorang anak sedang asik bermain sendiri di balik rumah dengan desain klasik yang besar, anak itu terus mengoyak-oyak tanah yang ada di hadapannya, di balik tubuh mengilnya terdapat lubang-lubang kecil dan beberapa bibit tanaman yang tergeletak seperti jemuran ikan asin diatas nampan dan berbaring bi bawah terik matahari, si anak berbalik dan menumpakan seonggok tanah di samping lubang-lubang yang ada, tangan mungilnya mengambil salah satu bibit pohon jeruk yang telah dia tanam dua minggu lalu selepas dia diberi sebuah jeruk manis dari pamannya yang gempal dan berkumis lebat seperti pak raden, sayangnya dari uniform mereka berbeda, sang paman lebih senang mengenakan kaos dalam dan celana kolor bergaris lurus vertikal seperti orang kantoran yang bersantai di rumahnya di akhir pekan tuk melepas pengat di kantoran, dan itulah yang sebenarnya terjadi pada sang paman yang ternyata seorang kepala cabang dari sebuah perusahaan asuransi ternama yang berdiri sejak tahun 1912 tahun silam, berbeda dengan pak raden seorang dosen yang mengundurkan diri dari sebuah institut ternama di bandung dan lebih memilih jalan hidupnya berkesenian demi anak-anak dan menciptakan karya abadi sampai saat ini yaitu karakter SI UNYIL buahkaryanya sebagai seorang perupa yang selalu berpenampilan ningrat jawa. si anak masih menanam bibit-bibit pohonnya, kali ini adalah bibit pohon buah apel yang seminggu sebelumnya ia makan dan bijinya ia tanam sebagai cikal bibit dari apa yang ia tanam sekarang, anak itu asik merapihkan bibit-bibit yang sudah tertanam dan sesekali membilas laju keringat yang deras keluar dari pori-pori perbatasan antara rambut dan bandara mini di atas alis matanya, si anak terdiam, pandangannhya terfokus pada satu titik dan kornea matanya menyesuaikan diri dengan keadaan itu seperti sebuah lensa kamera yang secara otomatis menyesuaikan titik fokus dalam pengaturan auto oleh usernya, tatapannya membentuk deep of fild sempit pada seekor semut yang datang berkunjung menghampiri bibit pohon rambutan yang telah ia tanam, sang semut benoleh kearah sekitarnya, sianak mengikuti gerak dari tatapan sang semut, dahinya megerut, alisnya menungkik tajam seolah akan bertabrakan dengan alis di seberangnya, matanya menatap sinis tak kala sang semut semakin mendekat ke arah bibit pohon rabutannya, si anak spontan berdiri dan mengkempaskan kakinya "brukkk.." kaki si anak mengkempas ke bumi, nampak raut wajah si anak senang dan mengangkat kakinya, pohon rambutan mungil malang itu goyah roboh dari tegaknya, pohonnya rusak, tumpukan tanah di sekitaran batang pohon malang itu rata dengan tanah sekitarnya, sang semut kocar kacir berlari, si anak masih tersenyum dan berbalik arah dengan santai, raut senyumnya msih nampak utuh seperti mayat yang di balsem pada jaman mesir kuno agar selalu awet. seorang wanita cantik dengan rambut panjang hitamnya yang indah berjalan begitu terburu-buru menuju sebuah kelas, si wanita berhenti dari detak langkahnya dan menoleh keatas, nampak tulisan KELAS IX C, dia merunduk dan menghela nafasnya dengan tenang, tatapannya begitu tajam penuh kesal dan melangkahkan kembali kakinya, dalam kelas nampak deden bengong diatas tumpuan kursi tua reot peninggalan tahun 1998 sejak renovasi pertama bangnan sekolahnya, dan tangannya dengan sikap sempurna melipat diatas meja lapuk bertuliskan kata-kata anak muda puber 15 tahunan, sebuah tangan mendarat tepat di pipi deden "plakkk.." mengkin itu mine visualisasi dari tamparannya..si wanita yang akrab di sebut ummi oleh kawan kawannya itu menatap deden penuh kesal. "maksud kamu apa?? kenapa hamster ku kamu gituin??" si wanita mulai berkaca-kaca dan menghempaskan tangan indah berhiaskan cincin emas yang melingkar di jari tengahnya, deden hanya menatapo polos sembari mengelus-elus pipinya yang mendapatkan surprise dari wanita cantik bertanganindah itu, emosi si wanita semakin meluap seperti soda di campur permen mint dalam botol yang di kocok lalu "dwarrrr.." meledak.."kenapa kamu bunuh si omen?? apa yang salah dari dia??" deden masih melongo dan berusaha berucap tenang.."anu ummi.." "apa??" ummi semakin emosional melihat raut deden yang tetap polos "kemarin pas main ke rumah mu aku main sama si omen, terus ada semut lewat deketin dia, aku injak aja."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar